Pontianak, Kalbar — Upaya meningkatkan kesadaran etika bermusik di ruang publik semakin digelorakan oleh Keluarga Besar Satu Rasa Kopi . Melalui program edukasi terbuka, komunitas ini mengajak seluruh musisi Kalimantan Barat untuk menerapkan standar disiplin suara dalam setiap penampilan. Langkah ini diharapkan menjadi gerakan kolektif yang mendorong terciptanya suasana kota yang lebih harmonis, nyaman, dan berbudaya.
Humas Satu Rasa Kopi, Bapak Syaifullah,,yang dengan sapaan Bang Iful saat di temui awak media bertempat di Satu Rasa Kopi,Jl.Antasari Pontianak,Rabu (03/12/25) ini menegaskan bahwa pentingnya pengendalian tingkat kebisingan harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya pemilik usaha, namun juga seluruh pelaku musik, penyelenggara acara, bahkan masyarakat umum. Menurutnya, musik tidak sekadar hiburan, melainkan ruang ekspresi yang harus dibangun di atas fondasi etika, kesadaran publik, dan tanggung jawab sosial. “Musik harus tetap merdu, tetapi masyarakat juga berhak atas ketenangan,” ujarnya.
Dalam imbauan resmi yang disampaikan pekan ini, Satu Rasa merekomendasikan batas Decibel Meter (Speech) berada pada angka 50 dB tidak boleh melebihi serta dengan batas waktu kegiatan hingga pukul 22.00 WIB teng.
Ketentuan ini bukan bentuk pembatasan kreativitas, melainkan upaya mengajak para pelaku seni untuk menampilkan keindahan tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan sekitar.
Menurut nya standar tersebut sejalan dengan banyak regulasi yang diterapkan di kota-kota besar di Indonesia, di mana pengelolaan suara menjadi bagian dari etika kepariwisataan, bisnis kuliner, dan kegiatan seni. “Di beberapa negara, hal ini sudah menjadi budaya,” tambahnya. “Musisi hebat bukan hanya pandai memainkan alat musik, namun juga paham kapan harus menghargai ruang publik.”
Program edukasi ini digagas setelah melihat meningkatnya antusiasme musisi lokal tampil di berbagai kedai kopi, lokasi live music, dan ruang publik di Pontianak. Tren positif ini tentu perlu disertai manajemen yang baik agar kota tidak kehilangan kenyamanan malam yang selama ini menjadi ciri khas Kalimantan Barat.
Lebih dari sekadar imbauan, Satu Rasa berkomitmen menjadikan gerakan ini sebagai gerakan pembelajaran bersama.
Insya allah nanti kedepannya pihak management kita ada rencana untuk ke depan, mengadakan workshop singkat mengenai sound management, penggunaan decibel meter, serta pengenalan standar akustik ruang kecil agar musisi dapat tampil dengan kualitas vokal dan instrumen yang tetap maksimal meski diatur pada level suara yang lebih rendah.
Bang Iful menambahkan, pendekatan edukatif ini sengaja dikemas dengan cara yang tidak menggurui,Satu Rasa ingin menciptakan ruang dialog antara musisi, pemilik usaha, teknisi sound, dan perwakilan komunitas,“Semua pihak punya peran. Ini bukan larangan, tetapi ajakan,” jelasnya.
Ia menyampaikan bahwa pengendalian suara justru dapat melahirkan kualitas pertunjukan yang lebih intim, lebih artistik, dan lebih dihargai penonton.
Banyak berbagai musik genre kami persiapkan di sini yang cocok dengan standar tersebut, mulai dari jazz, akustik, bossa nova, indie folk, hingga etnik Kalbar yang kini semakin banyak digarap oleh musisi muda.
Menurutnya, Pontianak memiliki potensi besar menjadi kota kreatif dimana seni tumbuh berdampingan dengan kenyamanan masyarakat.
Ia berharap edukasi ini menjadi gerakan panjang, bukan sekadar pengumuman sesaat, tetapi bagian dari kebiasaan baru yang memperindah wajah kota pada malam hari.
Langkah ini mendapat sambutan positif dari sejumlah pelaku musik,dan para musisi di Pontianak yang mulai sadar bahwa profesionalitas bukan hanya soal kemampuan bernyanyi atau memainkan alat musik, namun juga tentang menghormati audiens di luar ruangan. Banyak musisi mengakui bahwa performa berkualitas bukan berarti harus keras, melainkan tepat.
“Ketika kita menjaga volume, kita menjaga hubungan dengan tetangga, lingkungan, dan bahkan pelanggan sendiri,” kata Bang Iful.
Ia optimistis bahwa edukasi kultural ini akan menjadi contoh baik bagi daerah lain di Kalimantan Barat.
Progam Education Satu Rasa Kopi menjadi simbol bahwa komunitas musik Pontianak mampu berproses secara dewasa dan terarah. Di era dimana banyak hiburan hadir tanpa batas, Satu Rasa memilih jalur elegan: memberi teladan melalui disiplin dan empati sosial.
Dengan semangat kebersamaan, Satu Rasa kopi menutup pernyataan resminya : “Kita tidak sekedar tampil atau perform,akan tetapi kita tidak melupakan attitude (etika) demi membentuk budaya lokal kita yang hampir ditelan oleh zaman, kita sesuai Tagline "Satu Hati, Satu Frekuensi, Satu Rasa.”
Sumber : Humas #Satu Rasa Kopi Antasari Pontianak#
Syaiful


0 Komentar