Header Ads Widget

Header Ads

Ticker

6/recent/ticker-posts

Di Tengah Banjir, Aksi Heroik TNI Menyelamatkan Ibu Hamil Desa Pameu Aceh Tengah


PenanNusantara.news | Aceh Tengah - Di wilayah pedalaman Aceh Tengah, tepatnya di Desa Pameu, Kecamatan Rusip Antara, derasnya hujan yang turun selama berhari-hari menyebabkan banjir dan longsor yang menutup akses utama ke desa tersebut. Jalan-jalan terputus, jembatan rusak, dan ribuan warga terisolir tanpa kepastian kapan bantuan bisa mencapai mereka. Namun di tengah situasi yang serba sulit itu, sebuah kisah heroik lahir—kisah tentang nyawa yang diperjuangkan, harapan yang diselamatkan, dan pengabdian tanpa batas dari prajurit TNI.


Pada Jumat, 5 Desember 2025, seorang ibu hamil bernama Rumiana mengalami kondisi gawat darurat yang mengancam keselamatannya. Kontraksi mendahului waktu, sementara banjir masih menggenangi desa dan transportasi darat sepenuhnya lumpuh. Keluarga dan warga tidak bisa berbuat apa-apa selain berupaya meminta pertolongan melalui radio komunikasi Desa.


Informasi itu kemudian diteruskan kepada satuan TNI yang berada di wilayah terdekat. Tanpa menunggu lama, tim gabungan dari Brigif TP 90/YGD dan Yonif TP 854/Dharma Kersaka langsung melakukan koordinasi cepat untuk melaksanakan misi penyelamatan.


Ketika Tanah Tidak Lagi Menjadi Jalan, Langit Jadi Satu-Satunya Harapan


Dengan medan yang tertutup banjir, satu-satunya cara untuk menyelamatkan Rumiana adalah dengan evakuasi udara menggunakan helikopter. Keputusan ini bukan tanpa risiko. Cuaca di Aceh Tengah kala itu tidak bersahabat: angin kencang, kabut tebal, dan jarak pandang terbatas. Namun para prajurit TNI tetap bergerak karena mereka tahu bahwa setiap menit berarti bagi keselamatan ibu dan bayi dalam kandungan.


Helikopter diterbangkan dari pangkalan terdekat, menembus awan dan badai menuju Desa Pameu. Warga desa berkumpul di titik terbuka yang masih aman, menunggu harapan yang datang dari langit. Ketika suara baling-baling helikopter terdengar memecah udara, rasa haru dan lega menyelimuti warga. Bagi mereka, itu bukan sekadar suara mesin—itu suara kehidupan yang kembali mendapat kesempatan.


Para prajurit Yonif TP 854/Dharma Kersaka dengan sigap mengevakuasi Rumiana. Di tengah genangan banjir dan tanah yang licin, mereka memastikan ibu hamil itu naik ke helikopter dengan aman. Ketegangan berubah menjadi keheningan ketika helikopter perlahan terbang meninggalkan Pameu, membawa nyawa yang sedang diperjuangkan.


Perjuangan Dilanjutkan: Dari Pameu ke Banda Aceh


Setibanya di Banda Aceh, Rumiana langsung dibawa menuju Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin (RSZA) untuk mendapatkan penanganan medis lanjutan. Tim medis bergerak cepat. Kondisi Rumiana yang lemah akibat perjalanan panjang membuat proses persalinan menjadi lebih berisiko, namun perjuangan semua pihak tidak sia-sia.


Pada 8 Desember 2025, Rumiana akhirnya berhasil melahirkan seorang bayi yang sehat dan selamat. Tangis pertama sang bayi menjadi saksi bahwa pengorbanan banyak orang—dari keluarga, warga desa, prajurit TNI, hingga tenaga kesehatan—telah menyelamatkan dua nyawa sekaligus.


Doa dan Terima Kasih dari Keluarga


Ketika mendengar kabar baik itu, keluarga Rumiana tak mampu menahan air mata kebahagiaan. Mereka mengucapkan ribuan terima kasih kepada prajurit TNI yang telah melakukan tugas sepenuh hati dan mempertaruhkan keselamatan untuk menyelamatkan Rumiana dan buah hatinya.


> “Terima kasih Bapak TNI. Tanpa kalian, mungkin kami sudah kehilangan. Semoga Allah membalas semua kebaikan kalian.”


Mereka pun mendoakan agar anak yang baru lahir tersebut menjadi pribadi yang sholeh, sehat, dan berbakti kepada orang tua, masyarakat, serta negara—sebagaimana para prajurit yang menyelamatkan hidupnya sebelum ia membuka mata melihat dunia.


TNI Ada untuk Rakyat


Kisah ini menjadi bukti nyata bahwa prajurit TNI tidak hanya menjaga kedaulatan negara, tetapi juga menjaga nyawa warganya di situasi paling sulit sekalipun. Evakuasi dari tengah banjir, di wilayah terisolir dan berbahaya, menunjukkan komitmen TNI: dimanapun rakyat berada, di situ mereka hadir.


Dalam derasnya hujan, dalam terpaan angin, dalam isolasi sebuah desa yang terputus dari dunia luar—TNI membuktikan bahwa pengabdian sejati tidak mengenal batas medan maupun cuaca.



(Den Gus)

Posting Komentar

0 Komentar