Pena Nusantara |Pontianak, Kalbar — Suara Tepi Kapuas
Di kota yang tumbuh dari aliran Sungai Kapuas, harmoni antara usaha, negara, dan masyarakat menemukan nadinya. Dari Jalan Antasari, Kota Pontianak, sebuah pernyataan etis dan bermakna disampaikan oleh Bapak Eddy Haryadi,selaku Owner Satu Rasa Kopi di dampingi Humas Satu Rasa Kopi Syaifullah (Bang Syaiful),yang juga mengemban amanah sebagai Humas GWI (Gabungan Wartawan Indonesia), Selasa (23/11/25)
Dengan sikap tenang dan penuh tanggung jawab sosial, Bapak Eddy Haryadi menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada BAPENDA Kota Pontianak atas pengelolaan dan pemanfaatan pajak serta retribusi daerah yang nyata dirasakan masyarakat, khususnya dalam perbaikan jalan dan gang lingkungan di berbagai sudut kota. Infrastruktur yang layak, menurutnya, bukan sekadar pembangunan fisik, melainkan pondasi keadilan sosial dan denyut ekonomi warga.
Di kesempatan yang sama, Satu Rasa Kopi menegaskan komitmennya kepada seluruh Lovers Satu Rasa Kopi:
hingga hari ini, tidak ada kenaikan harga pada seluruh menu makanan dan minuman. Sebuah keputusan yang diambil bukan karena tekanan pasar, melainkan karena kesadaran moral bahwa ruang publik harus tetap ramah bagi semua kalangan.
Mengusung filosofi “menu kampung, rasa bermartabat”, Satu Rasa Kopi konsisten menghadirkan hidangan sederhana dengan harga terjangkau, dibalut fasilitas yang sehat, bersih, dan elegan.
Sebuah upaya menjaga keseimbangan antara kualitas, keterjangkauan, dan kenyamanan tanpa mengorbankan nilai kemanusiaan.
Lebih jauh, kerja sama antara Satu Rasa Kopi dan BAPENDA Kota Pontianak melalui penerapan tarif pajak 10 persen tidak berhenti pada kewajiban administratif semata. Pajak tersebut menjadi bagian dari tanggung jawab kolektif, dialokasikan untuk tanggap darurat bencana dan bantuan sosial bagi masyarakat yang membutuhkan.
Di tengah dinamika ekonomi dan tantangan sosial, kolaborasi ini menjadi contoh bahwa pajak bukan beban, melainkan instrumen solidaritas, dan bahwa usaha lokal dapat tumbuh seiring dengan kepedulian terhadap sesama.
Dari tepi Kapuas, Pontianak kembali mengajarkan satu hal penting:
bahwa kota yang besar bukan hanya dibangun oleh beton dan angka, tetapi oleh kejujuran niat, konsistensi nilai, dan keberpihakan pada rakyat kecil.
Sumber: SATU RASA KOPI, Satu Frekuensi, Satu Rasa
Syaiful/Red

0 Komentar