Pena Nusantara | Jakarta - Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto menegaskan perlunya sikap bijaksana dalam merespons teknologi ke depan. Dia mencontohkan seperti penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) untuk kepentingan bersama, khususnya pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan.
Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan pada acara Internalisasi BerAKHLAK bertema “Menuju Kemendagri BerAKHLAK untuk Indonesia Emas 2045”, di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (21/11/2024).
“AI itu dahsyat, tapi kita hands on. Kita full control of AI tadi, itu penting,” katanya.
Bima mengingatkan AI bukanlah segalanya. AI akan banyak mengancam berbagai pekerjaan di pemerintahan, tetapi AI tidak bisa berpikir dan memutuskan berdasarkan kompleksitas yang tinggi. Dia memberi contoh, AI tidak bisa menjawab bagaimana cara berkomunikasi dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), menyelesaikan soal-soal pimpinan tertentu yang rumit, atau membentuk pemerintahan yang humanis.
“Wisdom tidak berasal dari AI Bapak/Ibu. Wisdom berasal dari jam terbang dan pengalaman. Itu penting. Yang kedua, jangan berharap inovasi dari AI, enggak bisa Bapak/Ibu. AI itu bagaimanapun itu datanya dari kita. Pattern-nya itu dari kita,” ujarnya.
Bima mengakui jika AI memang luar biasa, tetapi kendalinya tetap pada manusia. Dirinya mendorong agar jangan dikuasai AI, tapi sebaliknya, menguasai AI. AI bisa membantu dalam membangun budaya pelayanan yang lebih baik. Pelayanan ini terutama hadir dari para pegawai di lingkungan Kemendagri yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi pada orang lain dan mau beradaptasi dengan perubahan.
“Dalam birokrasi, saya kira ini adalah pelayanan yang terbaik untuk semua. Untuk siapa pun juga, dari siapa pun juga, begitu. Nah Bapak/Ibu sekalian, saya ingin mengajak kepada kita semua untuk tidak terjebak kepada seremonial, tidak terjebak kepada pakem-pakem, mari kita saling menebar inspirasi dan memberikan inspirasi,” ungkapnya.
Hal itu selaras dengan materi yang disampaikan oleh Motivator sekaligus Pendiri ESQ Leadership Center Ary Ginanjar Agustian. Dia menekankan pentingnya respons bijak terhadap teknologi, terutama dalam menghadapi tantangan era modern. Ia menyoroti bahwa teknologi, termasuk AI, seharusnya menjadi alat yang memudahkan pekerjaan, bukan justru menyulitkan.
Selain itu, dalam menjalankan pekerjaannya, pegawai di lingkup Kemendagri harus didasari oleh niat yang kuat dan terarah, seperti strong why, big why, dan grand why, sehingga bisa memberikan dampak maksimal. Ary juga mengingatkan agar pegawai di lingkup Kemendagri memiliki mentalitas positif dan berfokus pada hal baik. Karakter tersebut perlu diterapkan untuk membangun pemerintahan yang adaptif dan humanis.
“Jadi kita ini punya laci-laci, di mana laci-laci kita ada masalah negatif, masalah baik, masalah positif, masalah juara. Jangan pernah salah tarik laci dalam hidup,” tandasnya.
(Puspendagri/Red)
0 Komentar