Oleh: Mahar Prastowo

Malam itu, Jumat (18/10/2024), pukul 21.30 WIB. Langit Situbondo seakan mendung, meski bintang masih bertabur di angkasa. Kabar duka menyebar di antara wartawan Pena Nusantara. Istri Pimpinan Redaksi Rudi Sucahyono telah berpulang.

Kepergian yang tak hanya meninggalkan duka bagi keluarga, tapi juga bagi seluruh jajaran redaksi. “Kami semua kehilangan,” ujar seorang rekan jurnalis di grup WhatsApp redaksi.

Istri Rudi Sucahyono, yang akrab disapa dengan penuh kasih sebagai Puyama, dikenal sebagai sosok yang setia mendampingi. Ia bukan sekadar istri, tetapi juga penopang semangat sang suami dalam membesarkan media online ini.

Pesan belasungkawa pun mengalir. Dari rekan seprofesi, narasumber, hingga pembaca setia. “Turut berduka cita. Semoga husnul khatimah,” tulis seorang pejabat daerah dalam pesan singkatnya.

Kematian, seperti yang selalu diingatkan dalam berbagai renungan, adalah kepastian. Tapi tetap saja, ia datang dengan kejutan yang menyayat. Hari ini, Pena Nusantara berkabung. Namun di balik air mata, ada doa yang mengalir tanpa henti: semoga almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya.

Selamat jalan, Ibu Puyama. Jurnalisme boleh terus berjalan, tapi kenangan tentangmu akan tetap tinggal.