Yang menjadi masalah bukan pada TKDN-nya. Masalahnya adalah pada cara kita berpikir.
Oleh: Mahar Prastowo
OPINI -- Saya membaca berita tentang rencana pemerintah melonggarkan, bahkan mungkin menghapus kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Alasan yang dikemukakan: agar industri kita lebih kompetitif di pasar global. Presiden menyebut TKDN sebagai bentuk nasionalisme yang "terlalu dipaksakan". Katanya, lebih baik diganti dengan insentif.
Sebagai orang yang pernah hadir (dan pura-pura ikut mikir) dalam perumusan berbagai kebijakan ekonomi nasional, izinkan saya memberi tanggapan sederhana.
Yang menjadi masalah bukan pada TKDN-nya. Masalahnya adalah pada cara kita berpikir.
Dalam ilmu ekonomi yang paling dasar sekalipun, setiap negara yang ingin membangun industrinya pasti mulai dengan perlindungan. Ini bukan hal yang tabu. Jepang, Korea Selatan, bahkan Amerika Serikat melindungi industrinya pada tahap awal. Tidak ada industri yang tumbuh dari "persaingan bebas murni". Karena persaingan yang terlalu dini dengan pemain besar hanya akan mematikan benih yang sedang tumbuh.
TKDN adalah salah satu bentuk perlindungan dan keberpihakan negara. Apakah implementasinya banyak kekurangan? Tentu saja. Tapi bukan berarti kita harus membuang seluruh kebijakannya.
Saya ingin mengajak pemerintah untuk menggunakan logika sederhana: Kalau produk dalam negeri kita belum bisa bersaing karena skala ekonomi kecil, teknologi terbatas, dan struktur biaya belum efisien—lalu kita buka begitu saja pintu impor—apa yang akan terjadi? Industri lokal mati. Lapangan kerja hilang. Dan ujungnya kita akan kembali menjadi bangsa pengimpor.
Bahkan untuk industri makanan dan minuman—yang kelihatannya sederhana—TKDN memberikan stimulus permintaan yang sangat berarti. Belanja pemerintah mendorong produksi, yang mendorong tenaga kerja, dan menciptakan efek berganda ke sektor lain. Ini yang disebut multiplier effect.
Relaksasi TKDN bukan hanya keputusan ekonomi, tapi juga keputusan politik. Jika kita percaya pada pembangunan industri nasional, maka TKDN adalah alat. Bukan penghalang.
Kalau kita ingin industri efisien, benahi insentif, pangkas birokrasi, turunkan ongkos logistik. Tapi jangan buang TKDN hanya karena kita ditekan negara lain. Ini menunjukkan kita tidak percaya pada industri kita sendiri.
Negara besar tidak dibangun dengan mengikuti kemauan pihak luar. Negara besar dibangun dengan keberanian membuat keputusan jangka panjang—meskipun pahit dalam jangka pendek.
[mp]
0 Komentar